Emiten tambang, PT Indika Energy Tbk. (INDY) terus melakukan ekspansi pengembangan proyek tambang emas Awak Mas di Sulawesi Selatan. Proyek ini diperkirakan akan menjadi pengubah permainan atau game changer bagi INDY. 

Dalam pengembangan proyek Awak Mas ini, INDY diketahui mengucurkan belanja modal atau capital expenditure (capex) jumbo sebesar US$158 juta atau sekitar Rp2,6 triliun tahun ini. Realisasi serapan capex ini mencapai US$36 juta sampai semester I/2025.

Head of Corporate Communications INDY Ricky Fernando menyampaikan proses akuisisi lahan di Awak Mas saat ini sudah hampir mencapai 100%, dengan seluruh critical land area telah selesai. Pada Juni 2025, telah dilakukan first blasting sebagai bagian dari tahap awal pengembangan. 

“Saat ini, progres yang berjalan meliputi kegiatan blasting dan pre-mining activities seperti land clearing untuk area konstruksi. Operasi komersial ditargetkan pada semester II/2026,” ujarnya.

Dalam jangka panjang, sambung Ricky, Awak Mas ditargetkan memiliki kapasitas produksi emas sebesar 100.000–120.000 troy ounce per tahun.

INDY pun melihat prospek industri emas ke depan tetap positif. Dengan harga emas yang tinggi dan peran emas sebagai safe haven asset, permintaan global diyakini akan terus kuat.

Sebagai informasi, anak usaha INDY PT Masmindo Dwi Area menjadi pemegang Kontrak Karya (KK) generasi ke-7 untuk proyek Awakmas di Sulawesi, dengan area konsesi 14.390 hektare. Proyek Awak mas memiliki sumber daya emas sebesar 2,29 juta ons, dan cadangan terukur 1,51 juta ons, dengan proyeksi umur operasional 15 tahun. 

Sesuai kontrak, Masmindo memiliki hak untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi mineral hingga 2050. Nantinya, ketika Proyek Awak mas ini telah beroperasi, produksi tahunan dari proyek ini diperkirakan mencapai 100.000 ons emas atau sekitar 3.110 kg. 

Sebelumnya pada Juni 2025, INDY mengantongi fasilitas perbankan senilai total Rp6,1 triliun untuk refinancing dan pengembangan proyek tambang emas. 

Sekretaris Perusahaan Indika Energy Adi Pramono mengatakan perseroan telah menandatangani perjanjian fasilitas multicurrency senilai US$203 juta atau Rp3,43 triliun (kurs Jisdor Rp16.292 per dolar AS) dan Rp2,8 triliun. 

Dalam perjanjian tersebut, sejumlah anak perusahaan INDY menjadi penanggung awal, yaitu PT Indika Inti Corpindo, PT Tripatra Multi Energi, PT Tripatra Engineering, PT Tripatra Engineers And Constructors, dan Tripatra (Singapore) Pte. Ltd. Empat entitas tersebut 100% sahamnya dimiliki oleh INDY. 

Adi menjabarkan perjanjian fasilitas perbankan senilai total Rp6,1 triliun itu akan digunakan oleh INDY untuk dua kebutuhan.

Pertama, mendanai pembayaran penuh atas utang keuangan dan jumlah terutang lainnya berdasarkan perjanjian fasilitas US$250 juta tertanggal 2 Maret 2023, termasuk jasa, biaya, pengeluaran, dan biaya pengakhiran terkait.

Kedua, mendanai proyek Awak Mas. Proyek tersebut merupakan pengembangan pertambangan emas yang dikelola oleh anak usaha perseroan, yaitu PT Masmindo Dwi Area. 

“Transaksi ini dilakukan untuk mendukung upaya transisi perseroan dari bisnis batu bara,” imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, INDY memang tengah gencar melakukan diversifikasi dan mengurangi eksposur perseroan pada bisnis batu bara sejak beberapa tahun terakhir.

Direktur Indika Energy Azis Armand menjelaskan pihaknya terus berkomitmen untuk mempercepat transisi menuju portofolio bisnis yang berkelanjutan dan rendah karbon.

“Salah satunya dengan mengalokasikan lebih dari 95% capex untuk bisnis non-batu bara,” ujar Azis. 

Adapun sepanjang semester I/2025, INDY mengeluarkan dana sebesar US$ 51,8 juta untuk belanja modal, dengan 95,4% digunakan untuk mengembangkan bisnis non-batu bara terutama untuk proyek Awas Mas sebesar US$36,2 juta, dan bisnis hijau sebesar US$3,8 juta. Di bisnis batu bara, perseroan hanya menginvestasikan US$2,4 juta atau kurang dari 5% dari total capex, yang dialokasikan untuk Kideco.

Magnet Bisnis Tambang Emas

Analis Sucor Sekuritas Yoga Ahmad Gifari menjelaskan proyek Awak Mas di Sulawesi Selatan berpotensi mengubah profil laba INDY. 

Menurut Yoga, dengan dukungan 2,3 juta ounce sumber daya dan 1,5 juta ons cadangan pada kadar 1,33 gram/ton, tambang ini menawarkan prospek ekonomi yang menarik pada harga emas saat ini. 

“Kami memperkirakan segmen emas INDY akan berkontribusi hingga 49% terhadap laba operasional INDY pada 2027,” tulis Yoga dalam risetnya. 

Yoga memperkirakan dengan asumsi output tahunan 100.000 ons dan harga jual rata-rata (ASP) US$3.600/ons, maka pendapatan emas INDY bisa mencapai US$360 juta, menghasilkan laba operasional segmen sebesar US$178 juta.

“Bisnis emas berpotensi menjadi pendorong utama nilai INDY, sekaligus mendiversifikasi dari ketergantungan batu bara,” ujarnya. 

Sucor Sekuritas juga menjelaskan harga saham INDY melonjak pada September ini ditopang oleh arus masuk asing bersih sebesar Rp101 miliar. Menurut Sucor Sekuritas, reli ini mencerminkan peningkatan optimisme investor terhadap momentum harga emas dan transisi INDY yang segera menjadi produsen emas. 

Dengan produksi Awak Mas yang dijadwalkan mulai paruh kedua 2026, Sucor Sekuritas melihat adanya titik balik fundamental dalam kinerja laba INDY ke depan. 

Adapun, Sucor Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk saham INDY, dengan target harga sebesar Rp3.300 per saham. 

Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia Henry Wibowo sebelumnya mengatakan emas merupakan hedging asset class. Emas akan menjadi salah satu aset kelas yang diuntungkan ketika ada volatilitas yang tinggi di market.

“Tidak menutup kemungkinan dalam waktu 12-24 bulan ke depan, harga emas masih bisa naik dari sekarang,” ujar Henry.

Sebelumnya, JP Morgan memperkirakan harga emas akan naik di atas US$4.000 per ons pada 2026. 

JP Morgan meyakini harga emas akan mencapai rata-rata $3.675 per ons pada kuartal keempat IV/2025 dan akan mencapai $4.000 per ons pada kuartal II/2026.

Sumber: market.bisnis.com