
Empat saham big banks alias saham-saham top di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang anjlok sepanjang pekan ini.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA minus 0,26% ke Rp 9.650 pada perdagangan Jumat, 20 Desember 2024. Dalam satu pekan terakhir saham BBCA jatuh 3,74%.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI turun 0,73% ke Rp 4.060 di 20 Desember. Dalam satu pekan terakhir saham BBRI minus 3,10%.
Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) stagnan di Rp 5.675 pada perdagangan kemarin. Di satu pekan terakhir BMRI -4,62%.

Dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau BNI melemah 1,16% ke Rp 4.260 pada Jumat, 20 Desember. Dalam satu pekan terakhir saham BBNI anjlok 8,19%.
Keempat saham bank itu pun banyak dilepas asing di periode satu minggu terakhir. Asing net sell BBCA dalam sepekan Rp 1,41 triliun, BBRI Rp 2,15 triliun, BMRI Rp 350 miliar, dan BBNI Rp 292 miliar.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana menilai, aliran modal asing yang terus keluar dari pasar saham, terutama pada saham big caps seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), mencerminkan rendahnya kepercayaan terhadap stabilitas pasar domestik. Hal ini diperkirakan akan berlanjut hingga kuartal pertama 2025, terutama jika kebijakan domestik seperti kenaikan PPN tidak diimbangi dengan langkah mitigasi untuk menjaga daya beli masyarakat.
Di sisi lain, BBCA menghasilkan laba bersih tahun berjalan sampai dengan November 2024 mencapai Rp 50,47 triliun atau melesat 14,31% (yoy). Sedangkan laba bersih periode berjalan dari BMRI sebesar Rp 47,17 triliun,naik 4,67% (yoy) per November 2024.

BBNI mencetak laba bersih mencapai Rp 19,81 triliun sampai dengan November 2024. Sebagai perbandingan, nilai itu meningkat 4,04% secara tahunan (year on year/yoy).
Adapun BBRI mencatatkan laba bersih (bank only) sebesar Rp 4,1 triliun (-8,2% yoy, -26% mom) pada Oktober 2024, sehingga laba bersih bank only selama 10M24 mencapai Rp 45,7 triliun (+5,3% yoy).
Sementara itu, riset Sucor Sekuritas yang dirilis pada 10 Desember 2024 menyebutkan bahwa perkembangan geopolitik terkini, khususnya meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan Eropa Timur, telah menambah ketidakpastian yang signifikan pada pasar keuangan global.
Ketegangan ini berkontribusi pada penghindaran risiko di kalangan investor, sehingga menyebabkan arus keluar dana dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Dampaknya terutama terlihat pada saham-saham blue chip perbankan Indonesia seperti BBRI, BMRI, BBNI dan BBCA yang dinilai sensitif terhadap pergerakan modal global,” jelas Sucor Sekuritas.
Broker tersebut juga mengungkap meskipun sektor perbankan menghadapi tantangan jangka pendek, prospek pertumbuhan jangka panjangnya alias long term tetap optimis, didukung oleh reformasi struktural perekonomian Indonesia.
Inisiatif yang didorong oleh pemerintah dalam hilirisasi mineral, pertanian, dan reformasi energi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan PDB dalam jangka menengah dan panjang.
“Valuasi di sektor perbankan menjadi semakin menarik, dengan bank-bank besar melakukan perdagangan mendekati rata-rata PBV dalam 10 tahun,” papar Sucor Sekuritas.
Selain itu, imbal hasil dividen yang menarik memberikan perlindungan terhadap penurunan, dengan BBRI, BMRI, dan BBNI menawarkan imbal hasil masing-masing sekitar 8%, 6%, dan 6%.
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) atau BRI sendiri telah mengumumkan rencana pembagian dividen interim tahun buku 2024 senilai Rp 20,4 triliun atau Rp 135/saham.
Pembayaran dividen interim Bank Rakyat Indonesia (BBRI) atau BRI dilakukan pada 15 Januari 2025.
Sumber : Investor.ID