Rencana pemerintah Indonesia menurunkan royalti batu bara, dapat membawa angin segar bagi sejumlah emiten terkait. Sebut saja PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

Ketiga perusahaan tersebut, yang telah tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI), selama ini membayar royalti yang sangat besar kepada pemerintah, yang berimbas langsung pada beban operasional dan laba bersih mereka. Sebagai contoh, hingga kuartal ketiga 2024, Adaro Energy (sekarang berganti nama menjadi PT Alamtri Resources Tbk) membayar royalti senilai USD912,62 juta atau sekitar Rp13,91 triliun. Sementara, Bumi Resources membayar royalti senilai USD200,46 juta atau sekitar Rp3,05 triliun, dan Indika Energy membayar USD333,15 juta atau sekitar Rp5,07 triliun.

Penurunan tarif royalti batu bara akan memberikan dampak positif terhadap profitabilitas emiten-emiten ini, karena pengurangan biaya royalti langsung akan meningkatkan margin keuntungan mereka. Dengan pengurangan biaya beban ini, perusahaan dapat mengalokasikan dana lebih banyak untuk investasi atau pengembangan operasional yang lebih efisien. Dampak tersebut juga akan meningkatkan daya tarik saham-saham emiten batu bara di pasar, terutama bagi investor yang mengandalkan sektor ini sebagai salah satu pendorong utama portofolio mereka.

Memang, prospek sektor batu bara Indonesia diprediksi akan semakin cerah pada tahun 2025. Hal ini seiring dengan peningkatan permintaan yang signifikan dari negara-negara yang memasuki musim dingin. Menurut Trimegah Sekuritas, Senin, 9 Desember 2024, peningkatan permintaan global terhadap batu bara, terutama dari negara-negara pengimpor utama, diperkirakan akan memberikan dorongan positif bagi kinerja emiten batu bara.

Sektor ini, yang selama beberapa tahun terakhir menunjukkan volatilitas, bisa mencatatkan pertumbuhan yang lebih stabil jika sejumlah faktor pendukung, salah satunya adalah kebijakan pemerintah, berjalan sesuai harapan. Salah satu faktor utama yang dapat memperkuat prospek sektor ini adalah kemungkinan penurunan tarif royalti batu bara, yang saat ini dianggap membebani laba emiten. Royalti batu bara merupakan pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan tambang kepada pemerintah sebagai kompensasi atas pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Indonesia.

Tarif royalti batu bara di Indonesia berjenjang, tergantung pada harga batu bara acuan (HBA), dengan tarif yang semakin tinggi seiring dengan kenaikan harga batu bara. Saat ini, tarif royalti batu bara Indonesia memiliki lima tingkatan yang berbeda, dengan tarif tertinggi mencapai 28 persen untuk harga batu bara di atas USD100 per ton.

Optimisme terhadap kinerja emiten batu bara juga didorong oleh prediksi bahwa harga batu bara akan tetap solid pada 2025, dengan permintaan yang terus meningkat dari negara-negara yang sedang mengalami musim dingin, seperti China dan negara-negara Eropa. Hal ini berpotensi meningkatkan volume ekspor batu bara Indonesia dan memberi peluang bagi perusahaan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar.

Namun, meskipun prospek sektor batu bara terlihat cerah, perubahan tarif royalti ini masih bergantung pada keputusan pemerintah. Banyak pengusaha batu bara yang menginginkan penurunan tarif royalti agar mereka dapat berkompetisi lebih baik di pasar global, di mana biaya operasional yang tinggi menjadi tantangan besar. Salah satu pernyataan datang dari Direktur Bumi Resources Dileep Sravistava, yang berharap agar pemerintah meninjau kembali tarif royalti yang diterapkan saat ini.

Dengan adanya potensi kebijakan yang dapat merubah kondisi biaya operasional ini, sektor batu bara Indonesia terlihat berada di jalur yang baik untuk mengoptimalkan kinerja mereka di 2025 dan seterusnya, dengan keuntungan lebih besar yang dapat diraih oleh emiten seperti Bumi Resources, Adaro, dan Indika Energy. Jika royalti batu bara benar-benar diturunkan, maka sektor ini bisa mengalami lonjakan laba yang signifikan, yang pada gilirannya akan memberikan dampak positif bagi pasar saham dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Pergerakan Saham

Mengutip data Stockbit hari ini, pergerakan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menunjukkan tren positif hari ini. Saham BUMI tercatat naik sebesar 2.90 persenpada pukul 16:14 WIB dengan volume perdagangan mencapai 1,05 miliar saham.

Volume ini hampir sebanding dengan rata-rata volume harian yang tercatat sekitar 1,93 miliar saham. Kondisi tersebut menunjukkan adanya peningkatan minat investor terhadap saham BUMI. Kenaikan harga saham sendiri bertepatan dengan kabar baik mengenai prospek sektor batu bara yang diprediksi akan cerah pada tahun 2025, seiring dengan peningkatan permintaan global terutama dari negara-negara yang memasuki musim dingin.

Sementara, pergerakan saham PT Indika Energy Tbk (INDY) pada hari ini juga menunjukkan kenaikan yang moderat, dengan harga saham yang ditutup pada level 1.43. Saham INDY mengalami peningkatan sebesar 10 poin atau 0,70 persen dibandingkan harga sebelumnya. Kenaikan ini terjadi pada volume perdagangan sebesar 3,58 juta saham, yang jauh lebih rendah dari rata-rata volume harian sebesar 12,07 juta saham.

Meski volume perdagangan hari ini terbilang lebih rendah dari biasanya, adanya kenaikan harga yang stabil menunjukkan bahwa pasar memberikan respon positif terhadap prospek saham INDY. Yang sangat menonjol adalah pergerakan saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI).

Saham mengalami lonjakan signifikan pada hari Senin, 9 Desember 2024, dengan harga saham yang naik sebesar 1.575 poin atau sekitar 19,75 persen, mencapai harga 9.550. Volume perdagangan saham AADI tercatat sangat tinggi, mencapai 43,66 juta saham, jauh di atas rata-rata volume perdagangan harian sebesar 14,86 juta saham.

Kenaikan tajam ini menunjukkan adanya sentimen positif yang besar dari investor terhadap saham AADI. Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan saham ini adalah prospek sektor batu bara yang cerah pada tahun 2025. Permintaan batu bara dari sejumlah negara yang memasuki musim dingin dapat meningkatkan kebutuhan batu bara, sehingga berpotensi menguntungkan bagi emiten batu bara seperti AADI.(*)

Sumber : KABARBURSA