Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) ditutup melejit lagi pada Kamis (25/9/2025), reli dua hari beuntun. Kenaikan ini ditopang oleh lonjakan harga minyak kedelai, ekspor yang lebih kuat, serta penundaan penerapan aturan anti-deforestasi Uni Eropa.

Berdasarkan data BMD pada penutupan Kamis (25/9/2025), kontrak berjangka CPO untuk Oktober 2025 naik 34 Ringgit Malaysia menjadi 4.365 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO November 2025 menguat 49 Ringgit Malaysia menjadi 4.409 Ringgit Malaysia per ton.

Sementara itu, kontrak berjangka CPO Desember 2025 menguat 60 Ringgit Malaysia menjadi 4.439 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Januari 2026 naik 63 Ringgit Malaysia menjadi 4.459 Ringgit Malaysia per ton.

Sedangkan kontrak berjangka CPO Februari 2026 menguat 63 Ringgit Malaysia menjadi 4.459 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Maret 2026 juga naik 59 Ringgit Malaysia menjadi 4.437 Ringgit Malaysia per ton.

Dikutip dari Trading View, trader Iceberg X Sdn Bhd David Ng mengatakan, harga CPO didorong oleh penguatan minyak kedelai global dan kinerja ekspor yang solid. “Ekspor yang lebih tinggi serta sentimen positif dari penundaan aturan deforestasi Uni Eropa memberikan dukungan tambahan bagi pasar,” ujarnya.

Cargo surveyor AmSpec Agri Malaysia memperkirakan ekspor produk sawit Malaysia pada 1–25 September naik 11,3% dibanding periode yang sama bulan lalu. Intertek Testing Services dijadwalkan merilis data ekspor terbaru pada hari yang sama.

Uni Eropa pada Selasa lalu mengumumkan penundaan penerapan regulasi anti-deforestasi (European Union Deforestation Regulation/EUDR) untuk kedua kalinya. Aturan yang semestinya melarang impor komoditas terkait deforestasi, termasuk sawit, baru akan berlaku tahun depan.

Di bursa lain, harga minyak kedelai di Dalian naik 1,24% dan kontrak CPO di bursa yang sama melonjak 1,59%. Sementara itu, minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 0,44%. Sawit kerap mengikuti pergerakan harga minyak nabati pesaingnya karena bersaing di pasar global.

Nilai tukar ringgit Malaysia juga melemah 0,19% terhadap dolar AS, sehingga membuat sawit relatif lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing.

Asosiasi industri sawit Indonesia memperkirakan ekspor ke Uni Eropa akan meningkat pada 2026, seiring adanya perjanjian dagang bilateral serta penundaan aturan EUDR.

Secara teknikal, analis Reuters Wang Tao memperkirakan harga CPO masih berpotensi menguat ke kisaran 4.457–4.492 ringgit per ton.

Sumber: investor.id