
Harga saham emiten yang tengah bergerak di pengolahan sampah menjadi energi listrik atau waste to energy (WTE) seperti OASA dan TOBA melejit signifikan sejak awal tahun.
Fenomena ini sejalan dengan prioritas pemerintah untuk menekan jumlah sampah dan mengubahnya menjadi energi bersih. Program tersebut telah masuk menjadi daftar Program Strategis Nasional (PSN) pemerintahan Presiden Prabowo.
Sentimen positif juga datang dari wacana Sovereign Wealth Fund (SWF) Daya Anagata Nusantara (Dantara) Indonesia yang akan penerbitan obligasi dengan bunga rendah sebesar 2% atau Patriot Bond.
Hasil penerbitan Patriot Bond salah satunya akan digunakan Danantara Indonesia untuk membiayai proyek WTE, atau solusi mengubah limbah menjadi energi seperti listrik, gas, ataupun panas di dalam negeri.
Di sisi lain, pada perdagangan hari ini, Selasa (26/8/2025), saham PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) ditutup menguat 24,27% ke Rp256 per saham, atau telah melesat 81,56% sejak awal tahun.
Penguatan tersebut seiring dengan aliran dana asing yang masuk. Tercatat dalam perdagangan hari ini net buy asing mencapai Rp3,46 miliar, mempertebal neraca pembelian asing menjadi Rp237 miliar sejak awal tahun.
Secara fundamental, pendapatan usaha neto perseroan dalam semester I/2025 terpangkas dari Rp39,93 miliar menjadi Rp24,50 miliar. Dari sisi pemberat, beban pokok pendapatan juga naik dari Rp19,63 miliar menjadi Rp20,88 miliar. Alhasil, laba kotor perusahaan susut cukup dalam, dari Rp20,29 miliar menjadi Rp3,62 miliar.
Penjualan yang susut tersebut disebabkan oleh segmen pendapatan dari jasa konsultasi dan penjualan barang yang tidak dilakukan perusahaan. Pada semester I/2024, masing-masing menyumbang Rp11,00 miliar dan Rp119,86 juta.
Kinerja top line yang kurang memuaskan itu membuat OASA menanggung rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih Rp15,47 miliar, memburuk dibanding laba bersih Rp1,13 miliar pada semester I/2024.
Meskipun menorehkan kinerja fundamental negatif, manajemen masih optimis dengan prospek bisnis ke depan sejalan dengan prioritas pemerintah yang menyasar sektor WTE.
Pada Mei lalu, OASA melalui unit usahanya PT Indoplas Energi Hijau (IEH) bersama partner penyedia teknologi asal China, China Tianying Inc (CNTY) sepakat untuk membangun fasilitas pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) di Cipeucang, Kota Tangerang Selatan dengan nilai investasi Rp2,65 triliun.
PSEL ini ditargetkan mulai beroperasi 2028 dan beroperasi penuh pada 2029. Nantinya, PSEL Cipeucang akan menghasilkan listrik mencapai 23 megawatt (MW) yang dihasilkan dari hasil kelola sampah mencapai 1.100 ton.
Direktur Utama & CEO OASA Bobby Gafur Umar mengatakan saat ini pihaknya tengah menunggu keluarnya Peraturan Presiden (Perpres) terbaru tentang Program Strategis Nasional (PSN).
Tahun ini, satu dari tujuh PSN yang tetapkan pemerintah adalah program pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik. Dalam Perpres terbaru itu, jumlah kota yang ditetapkan sebagai lokasi proyek bertambah dari 12 menjadi 33 kota.
“Ada beberapa skema yang akan berubah. Keterlibatan pemerintah pusat melalui Danantara selaku motor dari investasi di sektor waste to energy. Dan juga beberapa parameter yang diperbaiki, salah satunya meniadakan biaya layanan pengolahan sampah, dikompensasi menjadi kenaikan harga jual listrik,” kata Bobby ditemui usai RUPST di Jakarta.
Bobby melihat arus investasi energi bersih secara global semakin seimbang dengan energi fosil, sehingga hal ini turut membawa iklim pendanaan yang lebih kondusif bagi proyek-proyek energi bersih di Indonesia.

Sumber: market.bisnis.com