
Harga emas terkoreksi seiring dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan aksi ambil untung investor setelah tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas—meskipun beberapa jam kemudian Israel menyerang Gaza, Palestina.
Melansir Reuters pada Jumat (10/10/2025), harga emas di pasar spot merosot hampir 2% ke level US$3.959,48 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember melemah 2,4% ke posisi US$3.972,6 per troy ounce.
Indeks dolar AS menguat 0,5% mendekati level tertinggi dua bulan terakhir, membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.
“Spekulan mengambil keuntungan dari reli emas setelah gencatan senjata Gaza berlaku, karena hal itu menurunkan tensi di kawasan yang secara historis penuh gejolak,” ujar Tai Wong, analis logam independen.
Israel dan Hamas menandatangani perjanjian gencatan senjata pada Kamis (9/10/2025) sebagai fase awal dari inisiatif Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri agresi Israel di Gaza. Namun, dilansir dari Antara, beberapa jam setelah kesepakatan gencatan senjata itu Israel melancarkan serangan udara ke sejumlah titik di lingkungan Zeitoun dan beberapa wilayah Khan Younis, Gaza, Palestina.
Meski demikian, Wong menilai prospek jangka panjang emas tetap positif. “Emas dan perak mungkin masih perlu konsolidasi, tetapi faktor utama penggerak reli—diversifikasi cadangan dan membengkaknya utang global—tetap sahih dan menjaga outlook bullish emas,” imbuhnya.
Sehari sebelumnya, harga emas sempat menembus rekor baru dengan melesat di atas US$4.000 untuk pertama kalinya dan mencapai level tertinggi sepanjang masa di US$4.059,05 per troy ounce.
Sepanjang tahun berjalan, emas sudah menguat sekitar 52%, ditopang ketegangan geopolitik, aksi beli masif bank sentral, lonjakan aliran dana ke ETF, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, serta ketidakpastian terkait tarif perdagangan.
Risalah rapat The Fed bulan September yang dirilis Rabu (8/10/2025) menunjukkan para pejabat bank sentral sepakat bahwa risiko terhadap pasar tenaga kerja AS cukup tinggi untuk mendukung pemangkasan suku bunga, meski masih berhati-hati di tengah inflasi yang membandel. The Fed pada bulan lalu memangkas suku bunga acuan 25 basis poin.
Pelaku pasar memperkirakan The Fed kembali memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada Oktober dengan probabilitas 95% dan Desember dengan probabilitas 80%.
Adapun harga perak juga terkoreksi dari rekor tertingginya di US$51,22 per troy ounce, tertekan faktor serupa dengan emas. Sepanjang tahun ini, perak telah melonjak 69% seiring faktor makro yang sama dengan reli emas serta terbatasnya pasokan di pasar spot.
“Likuiditas di pasar perak London saat ini tipis karena derasnya pembelian ETF serta pengiriman logam yang masih terus mengalir ke AS,” ungkap seorang pedagang logam mulia.
Sementara itu, Kotak Mahindra asal India dilaporkan menghentikan sementara investasi baru pada ETF perak akibat kelangkaan pasokan.
Sumber: market.bisnis.com