
Harga minyak dunia melemah setelah rencana OPEC+ menambah produksi pada November dan dimulainya kembali ekspor minyak dari wilayah Kurdistan Irak melalui Turki meningkatkan prospek pasokan global.
Melansir Reuters pada Selasa (30/9/2025), harga minyak berjangka jenis Brent turun US$2,16 atau 3,1% menjadi US$67,97 per barel setelah akhir pekan lalu sempat menyentuh level tertinggi sejak 31 Juli.
Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$2,27 atau 3,45% ke US$63,45 per barel.
Pergerakan harga minyak dipengaruhi oleh rencana OPEC+ untuk mengerek produksi, Menurut tiga sumber yang dikutip Reuters, OPEC+ kemungkinan besar akan mengonfirmasi tambahan produksi sedikitnya 137.000 barel per hari (bph) untuk November pada pertemuan Minggu mendatang, guna memperluas pangsa pasar.
Saat ini, OPEC+ tercatat masih memompa hampir 500.000 bph di bawah targetnya.
“Dengan OPEC+ yang beralih fokus pada pangsa pasar, fundamental tampak lebih lemah dan kekhawatiran kelebihan pasokan kembali mendominasi,” kata Kepala Ekonom Rystad Energy, Claudio Galimberti.
Kementerian Minyak Irak menyebutkan, aliran minyak mentah dari wilayah semi-otonom Kurdistan ke Turki kembali dibuka pada Sabtu (27/9/2025) melalui pipa menuju Pelabuhan Ceyhan untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun terakhir.
Menurut dua sumber industri, volume pengiriman saat ini mencapai 150.000–160.000 bph dan diharapkan dapat meningkat hingga 230.000 bph ke pasar internasional dalam waktu dekat.
Pekan lalu, harga minyak sempat menguat lebih dari 4% setelah serangan drone Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia mengganggu ekspor bahan bakar Negeri Beruang Merah.
“Ukraina jelas melihat peluang di sini… besar kemungkinan serangan strategis terhadap kilang minyak Rusia akan digandakan,” tulis analis SEB dalam catatannya.
Rusia sendiri melancarkan serangan besar-besaran terhadap Kyiv dan sejumlah wilayah Ukraina pada Minggu, dalam salah satu serangan paling intens sejak invasi 2022.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump pada Senin menegaskan saatnya kelompok militan Palestina, Hamas, menerima proposal damai 20 poin yang telah disepakati dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait masa depan Gaza.
Sumber: market.bisnis.com