Harga nikel menguat setelah pemerintah Indonesia menyita sebagian dari tambang raksasa yang sebagian dimiliki oleh produsen terkemuka asal China, Tsingshan Holding Group Co. Hal itu membuat pelaku pasar menyoroti risiko pasokan dari negara pemasok nikel terbesar di dunia.

Berdasarkan data Bloomberg, harga nikel berjangka di London Metal Exchange naik 1% menjadi $15.305 per ton pada pukul 09.48 waktu Singapura, Jumat (12/9/2025). Harga logam industri lainnya seperti tembaga naik 0,1%, aluminium naik 0,2%, sementara timbal mengalami penurunan.

Harga nikel naik di London Metal Exchange setelah satuan tugas pemerintah RI pada Kamis (11/9/2025) mengambil alih sekitar 148 hektare lahan yang dikelola oleh PT Weda Bay Nickel.

Adapun, PT Weda Bay Nickel merupakan tambang nikel terbesar di dunia untuk kebutuhan baterai. Penyitaan itu disebut karena dugaan pelanggaran izin. 

Eramet SA dari Prancis, salah satu pemegang saham perusahaan tersebut, menyatakan hingga saat ini tidak ada dampak terhadap operasional tambang.

Namun demikian, penyitaan ini menyoroti tantangan berkelanjutan terhadap keandalan pasokan dari Indonesia, yang menyumbang lebih dari setengah produksi nikel global. 

Presiden RI Prabowo Subianto, yang telah mengumumkan rencana ambisius dan berbiaya tinggi bagi negara, juga berjanji akan menindak tegas penambangan ilegal, yang berpotensi mengganggu aliran bijih ke pabrik pengolahan lokal.

Selama tahun ini, smelter di Indonesia menghadapi pasar bijih yang ketat akibat curah hujan tinggi dan rendahnya penerbitan kuota penambangan oleh pemerintah. Di sisi lain, harga nikel di LME telah bergerak dalam kisaran sempit selama beberapa bulan terakhir, tertekan oleh permintaan yang mengecewakan dari sektor baterai kendaraan listrik.

Sumber: market.bisnis.com