
Indeks-indeks Wall Street hancur-hancuran pada Senin (10/3/2025). Hal itu akibat aksi jual besar-besaran di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi. Dikutip dari CNBC internasional, Presiden AS Donald Trump pun tidak menampik kemungkinan tersebut dalam sebuah wawancara pada akhir pekan lalu.
Indeks S&P 500 jatuh 2,7%, sempat menyentuh level terendah sejak September sebelum akhirnya ditutup di 5.614,56. Nasdaq Composite, yang didominasi saham teknologi, mencatat penurunan paling tajam di antara indeks utama dengan anjlok 4%, menjadi hari perdagangan terburuk sejak September 2022, dan berakhir di 17.468,32.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average ambles 890,01 poin (2,08%) ke 41.911,71. Saat ini, S&P 500 telah turun 8,7% dari rekor tertingginya pada 19 Februari, sementara Nasdaq Composite telah kehilangan hampir 14% dari puncak terbarunya. Penurunan sebesar 10% di Wall Street umumnya dikategorikan sebagai koreksi pasar.

Kelompok ‘Magnificent Seven’, yang sebelumnya menjadi bintang di pasar bullish, memimpin aksi jual pada hari Senin. Investor mulai melepas saham-saham teknologi dan beralih ke aset yang dianggap lebih aman. Saham Tesla ambles 15%, menjadi hari terburuknya sejak 2020. Alphabet dan Meta masing-masing turun lebih dari 4%, sementara raksasa kecerdasan buatan Nvidia anjlok 5%. Palantir, saham yang sempat menjadi favorit investor ritel, juga jatuh 10%.
Kecemasan terhadap perlambatan ekonomi telah meningkat selama sebulan terakhir, dipicu oleh data ekonomi yang melemah akibat ketidakpastian kebijakan tarif. Komentar dari pejabat Gedung Putih semakin memperburuk situasi.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan, ekonomi bisa mengalami ‘periode detoks’ akibat pemangkasan belanja pemerintah oleh pemerintahan baru. Kemudian, dalam wawancara dengan Fox News pada Minggu, Trump menyebut ekonomi AS sedang mengalami ‘periode transisi’ saat menjawab pertanyaan terkait kemungkinan resesi.
“Yang harus saya lakukan adalah membangun negara yang kuat. Anda tidak bisa hanya memperhatikan pasar saham,” ujar Trump. Goldman Sachs pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa hari terakhir akibat potensi dampak dari kebijakan tarif.
“Kita sedang mengalami koreksi yang disengaja. Saya menyebutnya disengaja karena ini terjadi sebagai respons terhadap kebijakan tarif baru pemerintahan Trump dan dampaknya terhadap perekonomian,” kata Kepala Strategi Investasi di CFRA Research Sam Stovall.
Tanda-tanda investor mengurangi risiko terlihat jelas di seluruh pasar keuangan. Indeks Volatilitas Cboe (VIX), yang mengukur tingkat ketakutan investor, melonjak ke level tertinggi sejak Desember.
Bitcoin juga anjlok di bawah US$ 80 ribu, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS mengalami penurunan.
Namun, tidak semua saham terpuruk. Sejumlah sektor defensif yang memiliki pendapatan stabil dan dividen relatif tinggi masih mampu bertahan. Saham Mondelez dan Johnson & Johnson bahkan berhasil menguat tipis di tengah kejatuhan pasar.
Sumber : INVESTOR.ID