
Laba bersih tahun berjalan dari PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) turun 15,74% year on year (yoy) hingga November 2024.
Kredit perseroan hanya tumbuh single digit, namun DPK tumbuh hingga double digit. Mengacu laporan keuangan, kredit dan pembiayaan BTN tumbuh 8,40% year on year (yoy) menjadi Rp 355,42 triliun per November 2024.
BTN sendiri menargetkan pertumbuhan kredit sampai dengan 10-11% pada tahun 2024. Realisasi kredit BTN jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata perkembangan kredit di sektor perbankan di saat sama tumbuh double digit atau sebesar 10,79% (yoy), berdasarkan data Bank Indonesia.
Bahkan, perkembangan kredit BTN itu juga lebih rendah dari kredit properti perbankan yang masih tumbuh sampai dengan 12,27% (yoy) hingga November 2024.
Lebih lanjut, kredit yang diberikan BBTN sejatinya masih tumbuh 7,21% (yoy) menjadi Rp 311,78 triliun. Sementara pembiayaan syariah melesat 17,73% (yoy) menjadi Rp 43,63 triliun sampai dengan November 2024.

BTN masih mencatatkan pembiayaan syariah dalam laporan keuangannya, di tengah rencana spin-off UUS dan akuisisi. Dari kinerja intermediasi itu, BTN mencatat pendapatan bunga naik 5,82% (yoy) menjadi Rp 27,13 triliun.
Sedangkan beban bunga yang harus ditanggung melonjak sampai dengan 23,51% (yoy), seiring tantangan era suku bunga tinggi. Alhasil, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) harus rela ambles 13,04% (yoy) menjadi Rp 10,79 triliun dalam sebelas bulan kinerja tahun 2024.
Selain bisnis intermediasi, ada dua pos pendapatan BTN yang punya nominal besar. Pertama, pendapatan komisi/fee senilai Rp 1,33 triliun atau yang cuma naik 1,50% (yoy). Kedua, pendapatan lainnya yang tidak dirinci dalam laporan keuangan yaitu sebesar Rp 1,47 triliun, melesat 37,68% (yoy).
Di sisi lain, BTN mencatat perbaikan biaya kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) Rp 2,20 triliun pada November 2024. Sebagai perbandingan, pos ini berhasil ditekan 35% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,42 triliun.
Akhirnya, BTN membukukan laba operasional mencapai Rp 3,05 triliun atau turun 15,54% (yoy). Selanjutnya mengalir sebagai laba bersih tahun berjalan hingga November 2024 yang dicetak sebesar Rp 2,40 triliun atau ambles 15,74% (yoy).
Ditilik dari sisi pendanaan, BTN hingga November 2024 mencatat dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 366,21 triliun atau bertumbuh 10,88% (yoy). Perkembangan DPK tersebut di atas kredit dan pembiayaan yang cuma naik 8,40% (yoy).
Dilihat sebarannya, pertumbuhan utama disokong instrumen giro yang naik sampai dengan 14,47% (yoy) menjadi Rp 148,43 triliun. Kemudian ada deposito yang naik 11,06% (yoy) menjadi Rp 176,58 triliun. Sementara tabungan turun tipis 0,98% (yoy) menjadi Rp 41,20 triliun.
Komposisi DPK dari BBTN tersebut membuat rasio dana murah (current account saving account/CASA) perusahaan berada di level 51,78% per November 2024. Hanya sedikit lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 51,86%.
Sumber pendanaan lain seperti surat berharga yang diterbitkan tercatat menurun 18,03% (yoy) menjadi Rp 5,27 triliun. Adapun pinjaman yang diterima BTN tumbuh dalam kisaran moderat sebesar 3,12% (yoy) menjadi Rp 39,06 triliun.
Per November 2024, BTN mencatat total aset mencapai Rp 449,35 triliun atau tumbuh 6,11% (yoy), utamanya masih didorong perkembangan penyaluran kredit dan pembiayaan. Liabilitas naik 6,01% (yoy) menjadi Rp 417,36 triliun. Serta ekuitas tumbuh 7,49% (yoy) atau sebesar 31,99 triliun.
Dengan merujuk kinerja tersebut, emiten bersandi BBTN ini mencatat return on asset (ROA) di level 0,53% dan return on equity (ROE) berada di level 7,51% per November 2024. Praktis, ROA dan ROE lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar 0,6% dan 9,58%.
Direktur Utama BTN (BBTN), Nixon LP Napitupulu sebelumnya mengatakan bahwa pertumbuhan kredit dan pembiayaan serta DPK pada akhir tahun ini diperkirakan tetap sejalan dengan target.
BBTN menargetkan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 10-11%, serta pertumbuhan DPK sebesar 10-12%.
“Meski banyak tantangan pada 2024, kami optimistis dapat mencapai target pertumbuhan kredit dan DPK pada akhir tahun ini,” kata Nixon.
Sumber : INVESTOR.ID