Rusia dilaporkan meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) ke kota Dnipro, Ukraina tengah, menurut pernyataan Komando Angkatan Udara Ukraina. Serangan ini dianggap sebagai eskalasi besar dalam konflik dan sinyal kuat kepada pendukung Ukraina di negara-negara Barat. Jika laporan ini dikonfirmasi, penggunaan ICBM dalam pertempuran akan menjadi yang pertama sejak senjata ini dikembangkan pada awal Perang Dingin.

Rudal tersebut diluncurkan dari Astrakhan, dekat Laut Kaspia, dengan jarak lebih dari 1.000 kilometer. Berita peluncuran ICBM memengaruhi pasar global: harga minyak dan emas naik, sementara saham merosot. Serangan ini merupakan bagian dari serangkaian serangan rudal yang menyasar wilayah tengah Ukraina pada Kamis (21/11/2024) pagi. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengarahkan pertanyaan terkait peluncuran ICBM ke Kementerian Pertahanan Rusia.

Namun, ia menegaskan bahwa Moskow mengambil posisi “bertanggung jawab” untuk menghindari konflik nuklir, menurut kantor berita Tass. Dengan jangkauan lebih dari 5.000 kilometer dan kemampuan membawa senjata nuklir, peluncuran ICBM menandai peningkatan besar dalam serangan Rusia. Ini juga menjadi peringatan bagi sekutu Ukraina, terutama setelah Ukraina menggunakan rudal jarak jauh buatan AS dan Inggris, seperti ATACMS dan Storm Shadow, untuk menyerang Rusia.

Sementara itu, Presiden Vladimir Putin telah menurunkan ambang  batas penggunaan persenjataan nuklir Rusia, seiring keputusan Presiden AS Joe Biden untuk mengizinkan Ukraina menggunakan rudal ATACMS. “Langkah ini sangat berbahaya,” ujar Peskov, mengkritik kebijakan AS yang dinilai memicu eskalasi baru.

Gubernur regional Serhiy Lysak melaporkan bahwa sebuah fasilitas industri di Dnipro mengalami kerusakan akibat serangan tersebut. Laporan lain menyebutkan bahwa sebuah pusat rehabilitasi veteran juga terdampak. Di kota Kryvyi Rih, ledakan terdengar setelah peringatan serangan rudal balistik kedua diumumkan, kata Wali Kota Oleksandr Vilkul melalui Telegram. Hingga kini, belum ada informasi terkait korban jiwa atau kerusakan lebih lanjut.

Kedutaan besar AS dan beberapa negara Uni Eropa di Kyiv menutup sementara operasionalnya pada Rabu, mengantisipasi kemungkinan serangan rudal besar dari Rusia. Dalam serangan tersebut, enam dari tujuh rudal jelajah Kh-101 berhasil ditembak jatuh oleh Ukraina, menurut Komando Angkatan Udara Ukraina. Namun, informasi tentang ICBM atau rudal hipersonik Kinzhal yang digunakan masih minim.

Mata uang negara-negara Eropa Timur yang dekat dengan Ukraina, seperti forint Hungaria, melemah hingga titik terendah dalam dua tahun terhadap euro. Sementara itu, obligasi dolar Ukraina sempat mencatat penguatan. Meskipun konflik memanas, para investor bertaruh bahwa kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih dapat membawa langkah menuju gencatan senjata antara Ukraina dan Rusia.

Sumber : Bloomberg Technoz